Sang Ratu Adil : Sebuah Ulasan (2)

31 01 2010

Dalam Serat Musarar dan bait terakhir ramalan Jayabaya disebutkan, selambat-lambatnya kelak menjelang tutup tahun (sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu) akan ada dewa tampil berbadan manusia; Tunjung putih semune Pudak kasungsang (Raja berhati putih namun masih tersembunyi/Satrio Piningit); Berparas seperti Batara Kresna; Berwatak seperti Baladewa; Bersenjata trisula wedha tanda datangnya perubahan zaman; Asalnya dari kaki Gunung Lawu sebelah Timur, sebelah timurnya bengawan, didampingi Sabdopalon atau Noyogenggong; Lahir di bumi Mekah; Raja keturunan waliyullah; Berkedaton dua di Mekah dan Tanah Jawa; Masih muda sudah dipanggil orang tua; Oleh sebab itu carilah satria itu; Letaknya dekat dengan gunung Perahu, sebelah barat tempuran; Yatim piatu; Tak bersanak saudara; Bukan pendeta disebut pendeta bukan dewa disebut dewa; Jangan heran, jangan bingung itulah putranya Batara Indra yang sulung; Memakai lambang ratu tanpa mahkota; Segalanya tampak terang benderang tak ada yang mengeluh kekurangan, itulah tanda zaman kalabendu telah usai berganti zaman penuh kemuliaan memperkokoh tatanan jagad raya semuanya menaruh rasa hormat yang tinggi.

Baca entri selengkapnya »